Bulan Sya’ban merupakan bulan sangat mulia, dimana sejarah mencatat bahwa pada bulan tersebut banyak kejadian-kejadian luar biasa, semua itu tidak lepas dari sebuah hadist yang disebutkan oleh Imam al-Suyuthi dalam kitab Jami’us Shagir, bahwa Nabi Muhammad saw bersabda,
رجب شهر الله وشعبان شهري ورمضان شهر أمتي
“Rajab adalah bulan Allah, Sya’ban adalah bulanku, dan Ramadhan adalah bulan umatku.” Dalam hadist diatas secara tersurat nabi Muhammad menyampaikan bahwa bulan sya’ban adalah bulannya. Kenapa bisa demikian? Sayyid Muhammad dalam kitab Madza fi Sya’ban menjelaskan,
ومن مزايا شهر شعبان أنه الشهر الذي نزلت فيه أية الصلاة والسلام على رسول الله صلى الله عليه وسلم وهي قوله تعالى {إِنَّ اللَّهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا}
Diantara kelebihan bulan Sya’ban adalah merupakan bulan diturunkannya ayat Shalawat pada Rasulullah SAW, yaitu, “Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman! Bershalawatlah kalian untuk nabi dan ucapkanlah salam dengan penuh penghormatan kepadanya.” Sayyid Muhammad melanjutkan,
وقد ذكر ابن أبي الصيف اليمني : أنه ان شهر شعبان شهر الصلاة على النبي لأن الأية {إِنَّ اللَّهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ الخ} نزلت فيه
Syaikh Abi Saif al-Yamani mengatakan : Bulan Sya’ban merupakan bulan shalawat pada Nabi Muhammad, karena ayat {إِنَّ اللَّهَ وَمَلائِكَتَهُ الخ} diturunkan pada bulan tersebut. (Lihat, Madza fis Sya’ban, hlm 25-26) Diturunkannya ayat tentang shalawat pada Nabi Muhammad merupakan suatu bukti akan kemuliaan Rasulullah dan tinggi derajatnya, serta luhur kedudukannya dihadapan Allah dan makhluk-Nya. Syakh Muhammad bin Ahmad as-Syarbini menjelaskan tentang ayat Shalawat, bahwa puncak penghormatan Allah pada Nabi Muhammad diringkas dalam dua hal,
تنبيه : بيان كمال حرمته في ذلك أن حالاته منحصرة في حالتين حالة خلوة فذكر ما يدل على احترامه في تلك الحالة بقوله تعالى : {لا تدخلوا بيوت النبي} وحالة تكون في ملأ ، والملأ إما الملأ الأعلى ، وإما الملأ الأدنى أما احترامه في الملأ الأعلى ، فإن الله وملائكته يصلون عليه ، وأما احترامه في الملأ الأدنى فقوله تعالى : {يا أيها الذين آمنوا صلوا عليه}
Pertama, ketika Nabi Muhammad Khalwat (menyepi), Allah menurunkan ayat larangan untuk memasuki rumah Nabi. Kedua, kehormatan yang bersifat mulia, yaitu bershalawatnya Allah dan para Malaikat pada Rasulullah SAW. Dan kehormatan yang sifatnya rendah, yaitu adanya anjuran bershalawat bagi orang-orang yang beriman pada nabi Muhammad SAW. (Lihat, Tafsir al-Sirajul Munir, Juz 3, hlm 223). Meski Ulama mufassirin menjelaskan bahwa bentuk shalawat Allah pada Nabi Muhammad berupa rahmat, dan bentuk shalawat Malaikat berupa permohonan ampunan (Istighfar), semua itu merupakan syiar secara khusus yang tidak diberikan kepada selain Nabi Muhammad. Imam as-Syaukani al-Yamani menjelaskan,
وَاعْلَمْ أَنَّ هَذِهِ الصَّلَاةَ مِنَ اللَّهِ عَلَى رَسُولِهِ وَإِنْ كَانَ مَعْنَاهَا الرَّحْمَةَ فَقَدْ صَارَتْ شِعَارًا لَهُ يَخْتَصُّ بِهِ دُونَ غَيْرِهِ
Ketahuilah, meski shalawat dari Allah pada Nabi Muhammad maksudnya adalah rahmat, namun ini menjadi syiar secara khusus yang Allah berikan padanya, bukan pada selainnya (Lihat, Fathul Qadir, juz 4, hlm 347). Imam ats-Tsa’labi an-Naisaburi mengutip pendapat sahabat Anas bin Malik dalam kitab Tafsir ats-Tsa’labi,
قال أنس بن مالك : لمّا نزلت { إِنَّ الله وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النبي } [ الأحزاب : 56 ] الآية ، قال أبو بكر : ما خصّك الله بشرف إلاّ وقد أشركتنا فيه ، فأنزل الله تعالى هذه الآية.
Anas bin Malik mengatakan, “Ketika ayat {إِنَّ اللَّهَ وَمَلائِكَتَهُ الخ} diturunkan, Sahabat Abu Bakar berkata, tidak Allah khususkan kepadamu suatu kemulyaan, kecuali kami akan mendapatkan kemulyaan tersebut.” (Lihat, Tafsir ats-Tsa’labi, hlm 1818) Akhirnya Allah menurunkan ayat yang berbunyi,
هُوَ الَّذِي يُصَلِّي عَلَيْكُمْ وَمَلَائِكَتُهُ لِيُخْرِجَكُمْ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ وَكَانَ بِالْمُؤْمِنِينَ رَحِيمًا
“Dialah yang memberi rahmat kepadamu dan para Malaikat-Nya (memohonkan ampunan untukmu), agar Dia mengeluarkan kamu dari kegelapan kepada cahaya (yang terang). Dan Dia maha penyayang kepada orang-orang yang beriman.” (QS. Al-Ahzab : 43) Ayat diatas Allah turunkan ketika sahabat Ansor dan Muhajirin mengatakan bahwa penghormatan shalawat dari Allah dan malaikat-Nya hanya untuk Rasulullah, dan umatnya tidak mendapatkan apa-apa, sebagaimana yang disampaikan oleh Sayyid at-Thantawi dalam tafsirnya,
لما نزل : {إِنَّ الله وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النبي} قال المهاجرون والأنصار : هذا لك يا رسول الله خاصة، وليس لنا فيه شئ ، فأنزل الله هذه الآية. ثم قال القرطبى : قلت : وهذه نعمة من الله تعالى على هذه الأمة من أكبر النعم، ودليل على فضلها على سائر الأمم.
Sebab ucapan sahabat Muhajirin dan Ansor itu akhirnya Allah menurunkan ayat { هُوَ الَّذِي يُصَلِّي عَلَيْكُمْ }. Ini merupakan paling besarnya nikmat yang Allah berikan pada umat Nabi Muhammad, serta menjadi bukti kemuliaannya melebihi umat-umat yang lain (Lihat, Tafsir al-Wasit, hlm 3429).
Penulis : Sunnatullah, santri Al-Hikmah Darussalam Durjen Kokop BangkalanEditor : Ismail Zaen