“Bulan Rajab adalah bulan Allah, Bulan Sya’ban bulanku, dan bulan Ramadlon bulan umatku,” kira-kira begitu terjemah bebas dari Hadist riwayat Imam Al-Baihaqi dalam kitab Taisir yang mengcopy dari kitab Sya’bul Iman. Semuanya tentu ada alasan masing-masing, seperti bulan Sya’ban misalnya, kenapa dikatakan sebagai Bulan Rasulullah, karena pada bulan tersebut merupakan bulan diturunkannya ayat yang memerintahkan manusia untuk bersholawat pada Rasulullah sebagaimana yang disampaikan oleh Al-Habib Abu Bakar Al-Adni.
Bulan Sya’ban merupakan bulan bersejarah yang tidak bisa dilupakan ketika membahas tentang keimanan dan kekufuran para sahabat Nabi saat itu, kenapa demikian? Bulan sya’ban merupakan bulan dimana keimanan dan kekufuran sahabat terdahulu diuji oleh Allah SWT, dalam Al-Qur’an Allah berfirman :
{ قَدْ نَرَى تَقَلُّبَ وَجْهِكَ فِي السَّمَآءِ فَلَنُوَلِّيَنَّكَ قِبْلَةً تَرْضَاهَا فَوَلِّ وَجْهَكَ شَطْرَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ وَحَيْثُ مَا كُنْتُمْ فَوَلُّواْ وُجُوِهَكُمْ شَطْرَهُ وَإِنَّ الَّذِينَ أُوتُواْ الْكِتَابَ لَيَعْلَمُونَ أَنَّهُ الْحَقُّ مِن رَّبِّهِمْ وَمَا اللَّهُ بِغَافِلٍ عَمَّا يَعْمَلُونَ } [البقرة:144]
Artinya, “Kami melihat wajahmu (Muhammad) sering menengadah ke langit, maka akan kami palingkan engkau pada Qiblat yang engkau senangi. Maka hadapkanlah wajahmu pada arah Masjidil Haram. Dan dimana saja engkau berada, hadapkanlah wajahmu kea rah itu. Sesungguhnya orang-orang yang diberi kitab (Taurat dan Injil) tahu, bahwa (pemindahan Qiblat) adalah kebenaran dari Tuhan mereka. Dan Allah tidak lupa terhadap apa yang mereka kerjakan.”(QS. Al-Baqarah 114)
Ayat diatas menjadi penentu bahwa Qiblat Umat Islam yang awalnya menghadap Bait Maqdis berubah dan menghadap Ka’bah. Ulama mufassirin berbeda pendapat mengenai terjadinya perubahan tersebut, ada yang mengatakan terjadi pada bulan Rajab pada tahun kedua. Ada yang mengatakan sebelum terjadinya perang Badar dengan selisih dua bulan. Namun menurut Imam Hatim Al-Basthi ayat perubahan Qiblat diatas diturunkan pada pertengahan bulan Sya’ban, sebab Umat Islam melaksanakan Shalat dengan menghadap Baital Maqdis hanya 17 Bulan. (Syaikh Syamsuddin al-Qurthubi, Al-Jami’ li Ahkami al-Qur’an Vol 2 Hal 192)
Dengan adanya perpindahan Qiblat, banyak reaksi tidak senonoh yang disampaikan orang yahudi pada Nabi Muhammad banyak yang mengomentari, juga banyak orang musyrik yang menghina Nabi, bahkan tidak sedikit dari kalangan umat Islam yang mulai ragu dan tidak yakin dengan agamanya, lebih parahnya justru dengan adanya perubahan Qiblat ada yang mengatakan Bahwa Islam tidak konsisten, tentu argumentasi itu sangat keliru dan tidak bisa dibenarkan, karena bumi Bait Maqdis dan bumi Kakbah tidak bisa dikatakan mempunyai manfaat secara husus yang tidak bisa ditemukan dibumi yang lain. Hanya saja Allah menghendaki Kakbah sebagai Qiblat umat ketika beribadah, Allah mengehendaki kakbah sebagai Qiblat umat Islam tentu wajar-wajar saja (Jaiz), sebab penjuru di jagat raya ini semuanya milik Allah SWT, sehingga Allah bebas mengaturnya sebagiamana kehendaknya. (Syaikh Wahbah Zuhaili, Tafsir Munir Vol 2 Hal 09).
Semua komentar dan adanya keraguan akan Islam itu terjadi karena memang diantara tujuan berubahnya Qiblat adalah sebagaimana yang ditegaskan pada ayat sebelumnya ;
{وَمَا جَعَلْنَا الْقِبْلَةَ الَّتِي كُنْتَ عَلَيْهَا إِلاَّ لِنَعْلَمَ مَنْ يَتَّبِعُ الرَّسُولَ مِمَّنْ يَنْقَلِبُ عَلَى عَقِبَيْهِ وَإِنْ كَانَتْ لَكَبِيرَةً إِلَّا عَلَى الَّذِينَ هَدَى اللَّهُ} [البقرة : 143] الآية.
Artinya, “Kami tidak menjadikan Qiblat yang (dahulu) kamu (berqiblat) kepadanya melainkan agar kami mengetahui siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang berbalik ke belakang, sungguh (perpindahan qiblat) itu sangat berat, kecuali bagi orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah SWT.” (QS. Al-Baqarah : 143).
Ayat diatas dengan tegas dan jelas bahwa perubahan Qiblat yang awalnya menghadap Bait Maqdis (Masjid al-Aqsha) yang terletak di bumi Yarussalem Palestina menjadi menghadap Kakbah (Baitullah) yang ada di Makkah menjadi salah satu pekerjaan berat untuk menerima dengan lapang dada, disamping memang sudah menjadi Qiblat sejak di syariatkannya Shalat, juga merupakan tempat yang sangat bersejarah bagi kaum Quraish saat itu. Namun semuanya tentu tidak akan mengurangi dan tidak akan merasakan keraguan sedikitpun bagi mereka-mereka yang sudah Allah tunjukkan hidayah kepadanya, karena apa yang disampaikan oleh Rasulullah merupakan kebenaran dari Tuhan, dan kebaikan selalu berpihak pada orang-orang yang selalu mengikuti perintah Allah, dan kebenaran selalu mengikuti apa yang Allah tentukan.
Penulis : Sunnatullah, santri Al-Hikmah Darussalam Durjen Kokop Bangkalan
Editor : Ismail Zaen