• Tentang
  • Pedoman Media Siber
  • Kirim Artikel
  • Redaksi
Rabu, Maret 22, 2023
  • Login
al-Ummah
Advertisement
  • Warta
  • Keislaman
    • Tafsir al-Qur’an
    • Tasawuf
    • Fuqoha
    • Tarikh
  • Humor
  • Fikroh
  • Konsultasi
  • Kirim Artikel
  • Tentang al-Ummah
No Result
View All Result
  • Warta
  • Keislaman
    • Tafsir al-Qur’an
    • Tasawuf
    • Fuqoha
    • Tarikh
  • Humor
  • Fikroh
  • Konsultasi
  • Kirim Artikel
  • Tentang al-Ummah
No Result
View All Result
al-Ummah
No Result
View All Result

Raudhatul Muhibbin: Membaca Kitab Cinta

Bushiri by Bushiri
Februari 24, 2022
in Review
0
0
SHARES
818
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

Mengenai cinta, seorang Filsuf Yunani yang bernama Plato saja tidak tahu apa hakikat dari cinta. Yang ia tahu bahwa cinta adalah kegilaan yang bersifat ketuhanan. Tak ada yang tahu pasti tentang cinta. Begitulah kira-kira yang dikatakan Plato.

Sedangkan begitu banyak orang yang mengartikan perasaannya pada sang kekasih dengan sebutan cinta, padahal antara cinta dengan nafsu hanya terhalang benang tipis, sehingga terkadang banyak yang menduga kalau perasan mereka hanya dianggap cinta saja. Namun, bisa jadi hakikatnya adalah nafsu. Sehingga perlu kiblat bagi seseorang untuk menghadapkan perasaannya, ini cinta atau nafsu?. Dari sini timbul kesimpulan tentang pentingnya mengetahui definisi cinta yang sebenarnya. 

Juga sangat urgen bagi seseorang ketika sudah dapat memilah yang mana cinta dan nafsu, dan ketika ia memang benar-benar merasakan cinta, yaitu cara mengaplikasikan cinta itu sendiri, cinta tanpa perbuatan merupakan dusta. Maka bagaimana sebenarnya cara mengaplikasikan cinta yang sehat dalam pandangan agama?

Dari sisi agama, antara laki-laki dan perempuan dibatasi dengan sangat ketat. Polemik terjadi ketika di antara kedua makhluk tersebut merekahkan cinta, kalau benar cinta adalah anugerah lalu bagaimana kalau dikaitkan dari sisi agama yang mengekang?

Penulis yakin masih banyak hal tersirat dari cinta sendiri yang sukar diurai, maka hadirnya suatu literatur diperlukan dengan catatan tidak mendobrak sisi agama. Sementara para penulis yang membahas cinta, rata-rata bukan berlatar belakang ulama dan tokoh islam, kadang pula nonislam. Sehingga sangat penting bagi kita memiliki literatur tentang cinta yang kompleks namun penulisnya memiliki latar belakang ulama.            

Sementara dalam dunia keislaman, sangat jarang ulama atau para tokoh islam memperbincangkan persoalan cinta. Hal ini mungkin karena pembahasan cinta kurang begitu penting dari pada pembahasan yang lain seperti fikih, tasawuf, tafsir dan lainnya. Karya ulama yang menjelaskan cinta secara spesifik pun sangat sedikit. Namun sebenarnya, banyak persoalan-persoalan cinta yang perlu dipahami oleh banyak kalangan.

Oleh karena itu, perlu juga membaca literatur ulama khusus menjelaskan perihal cinta. Di antara kitab yang penulis rekomendasikan adalah Raudlatul Muhibbin karya Ibnu Qoyyim al-Jauzi. Beliau adalah Muhammad bin Abi Bakr, bin Ayyub bin Sa’id al-Zar’i bergelar Ibnu Qoyyim al-Jauzi. Gelar al-Jauzi dikarenakan ayah beliau penjaga di sebuah sekolah yang bernama al-Jauziyah. Beliau juga bermadzhab Hanbali.

Kitab  ini cocok untuk semua lapisan masyarakat, karena sangat cocok sebagai penolong agama dan dunia. Di dalam kitab ini banyak yang diuraikan oleh Ibnu Jauzi mengenai cinta. Mulai dari pembagian cinta, hukumnya, dan semua yang berkaitan dengan cinta. Selain itu beliau juga mengurai cinta yang benar (shohih) dan yang tidak benar (fasid). Kitab ini menunjukkan bagaimana cara mengungkapkan cinta dan mengendalikan hawa nafsu dengan fitrah sesuai petunjuknya. Sehingga, cinta itu tidak berubah menjadi cinta terlarang, dan akan membawa manusia kepada puncak cinta tertinggi, yaitu cinta Allah dan Rasulnya.

Ada sekitar dua puluh sembilan bab yang beliau tulis dalam kitab tersebut. Namun, ada tiga bab yang menurut penulis sangat penting untuk dibaca.

Bab pertama adalah bab yang mengurai istilah-istilah cinta dalam bahasa Arab. Dalam bab ini, beliau menjelaskan bahwa ada sekitar enam puluh istilah cinta. Diantaranya adalah Mahabbah, ‘Alaqah, Hawa, Shobwah, Syaghof, Miqoh, al-Isqu dan banyak lagi istilah-istilah cinta yang disebutkan oleh Ibnu al-Jauzi pada bab ini.

Bab kedua adalah bab asal kata dari istilah-istilah cinta. Pada bab ini, kita akan disajikan asal kata dari semua istilah cinta yang telah disebutkan pada bab pertama. Dalam bab ini beliau menjelaskan bahwa kata Mahabbah banyak versi mengenai asal muasal katanya, ada yang mengatakan istilah mahabbah berasal dari kata Habbah yang memiliki arti biji. Ada juga yang mengatakan istilah mahabbah diambil dari kata Al-hubbu yang berarti wadah besar yang di dalamnya penuh dengan sesuatu sampai tidak bisa memuat yang lain. Sama seperti halnya itu juga, hati seorang pencinta tidak memuat kecuali orang yang dia cintai.

Bab yang ketiga menjelaskan faktor timbulnya rasa cinta. Ibnu Jauzi dalam bab ini mengurai secara detail faktor pendorong seseorang bisa jatuh cinta. Menurut beliau ada tiga hal yang menjadi faktor utama seseorang bisa jatuh cinta; tiga hal tersebut adalah kriteria orang yang dicintai, keindahan dan keserasian antara keduanya. Jika tiga hal ini kuat maka rasa cinta pun akan semakin kuat dan mengakar. Sebaliknya, jika tiga hal tersebut pudar maka pudarlah rasa cintanya. Beliau juga menyebutkan, jika kita jelek terkadang di mata sang kekasih kita terlihat sangat indah. Hal ini, menurut beliau, karena begitu kuatnya rasa cinta. Sebab, jika kita mencintai sesuatu kita akan buta dan tuli.

Bab yang terakhir menjelaskan apakah cinta adalah sesuatu yang idltirori (sesuatu yang datang tiba-tiba tanpa diharapkan kedatangannya) atau  ikhtiyari (datang atas kehendak manusia). Dalam hal ini, beliau memaparkan khilafiyah yang terjadi diantara ulama dan para filsuf. Dalam bab ini, sebagian golongan mengatakan cinta itu datang tanpa kehendak manusia. Kedatangan cinta diumpamakan dengan datangnya rasa haus akan minuman dimana seseorang tidak bisa memilih untuk haus, tapi haus itu akan datang sendiri. Bahkan sebagian ulama berkata. “Seandainya aku jadi seorang hakim, maka aku tidak akan menghukum orang yang sedang jatuh cinta, sebab cinta itu datang tanpa kehendak seorang tersebut.”

Golongan yang kedua mengatakan, cintu datang atas kehendak manusia yang mengikuti hawa nafsunya. Golongan ini beralasan dengan seringnya Allah menghina orang yang sedang jatuh cinta tapi cinta diluar syariat. Jika cinta datang tidak atas kehendak manusia, mana mungkin Allah menghina mereka.

Sementara golongan yang ketiga mencoba menggabungkan dua golongan di atas. Sehingga menurut golongan ini, penyebab seseorang jatuh cinta adalah bersifat ikhtiyari. Sedangkan cintanya itu sendiri datang tanpa dikehendaki. Ibarat seorang minum khamar, maka kehendak untuk minum adalah ikhtiyari sedangkan mabuk yang timbul akiatbat meminum adalah idltirori (datang tanpa dikehendaki).

Dari keseluruhan uraian di atas, menurut penulis begitu penting untuk membaca kitab tersebut guna memahami cinta yang sehat secara utuh dan absolut. Barangkali juga wajib kitab tersebut berada di perpustakaan rumah kita, sebab cinta adalah hal yang sangat dekat dengan hati.  

Terkait

Tags: Kitab CintaResensi
Previous Post

Humor: Yang Tahu Memberi Tahu Yang Tidak Tahu

Next Post

Mengenal Fatimah al-Naisaburiyyah: Sufi Perempuan, Guru Dzun Nun al-Mishri

Bushiri

Bushiri

Pemimpin redaksi al-ummah

PostinganTerkait

Mengenal Kitab Abwabul Faraj: Benteng Bacaan Orang Mukmin
Keislaman

Mengenal Kitab Abwabul Faraj: Benteng Bacaan Orang Mukmin

by Bushiri
Januari 16, 2023
0

Predikat sebagai seorang hamba memiliki arti bahwa ada hubungan yang mengikat dengat dzat yang disembah, karena sejatinya seorang hamba hanya...

Mengenal Kitab Is’afu Ahlil Iman: Pedoman Puasa dari Gurunya Para Ulama
Review

Mengenal Kitab Is’afu Ahlil Iman: Pedoman Puasa dari Gurunya Para Ulama

by Sunnatullah
April 5, 2022
0

Bulan Ramadhan menjadi salah satu bulan yang sangat dinanti-nanti oleh semua umat Islam, selain sebagai momentum sakral untuk mendekatkan diri...

Kiat Menghidupkan Gus Dur ala Gus Yahya

Kiat Menghidupkan Gus Dur ala Gus Yahya

Februari 15, 2022
Next Post
Mengenal Fatimah al-Naisaburiyyah: Sufi Perempuan, Guru Dzun Nun al-Mishri

Mengenal Fatimah al-Naisaburiyyah: Sufi Perempuan, Guru Dzun Nun al-Mishri

Leave Comment

Follow Us

Humor Nashruddin: Hutang Yang Meresahkan

Maret 6, 2023
Uqbah al-Azdi Mengeluarkan Jin dari Kemaluan Seseorang

Uqbah al-Azdi Mengeluarkan Jin dari Kemaluan Seseorang

Februari 10, 2023
Al-Qur'an Braille

Apakah Al-Qur’an Braille Dapat Dikatagorikan Sebagai Mushaf?

Januari 29, 2023
Humor Nasruddin: Imam Sholat Membaca Surat Yasin

Humor Nasruddin: Imam Sholat Membaca Surat Yasin

Januari 20, 2023
al-Ummah

al-Ummah hadir sebagai salah satu situs Islam yang mewarnai dan meneduhkan polemik umat dengan tagline "Mencurahkan dan Mencerahkan".

Kategori Pilihan

  • Dakwah
  • Fikroh
  • Fuqoha
  • Humor
  • Keislaman
  • Konsultasi
  • Review
  • Risalah
  • Tafsir al-Qur'an
  • Tarikh
  • Tasawuf
  • Warta

Temukan Kami di:

  • Tentang
  • Pedoman Media Siber
  • Kirim Artikel
  • Redaksi

© 2022 al-Ummah - All Rights Reserved.

No Result
View All Result
  • Warta
  • Keislaman
    • Tafsir al-Qur’an
    • Tasawuf
    • Fuqoha
    • Tarikh
  • Humor
  • Fikroh
  • Konsultasi
  • Kirim Artikel
  • Tentang al-Ummah

© 2022 al-Ummah - All Rights Reserved.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In