Sebelum membaca tafsir Al-Qur’an, terlebih dahulu harus paham tentang istilah-istilah tafsir. Dengan memahaminya, pembaca akan memiliki nalar yang sempurna sehingga bisa mengetahui ayat makiyah, madaniyah, nasikh, mansukh, asbabun-nuzul dan mengerti makna sebuah ayat secara utuh. Sebab, seseorang yang mendalami tafsir tanpa mengetahui istilah-istilah tafsir, ia akan kebingungan, tidak memiliki ghirah (semangat) dan tidak jelas kandungan ayat baginya.
Ilmu tafsir berasal dari dawuh para ulama, yaitu: fassartu syaia idza bayyantuhu (saya menafsiri sesuatu ketika menjelaskannya). Ilmu tersebut dinamai tafsir, karena menjelaskan tentang Al-Qur’an.
Sebelum jauh membahas tema di atas, ada pentingnya bagi penulis untuk menjelaskan definisi tafsir itu sendiri. Dengannya, kita akan mengetahui wilayah pembahasan ilmu tafsir.
Ilmu tafsir adalah ilmu yang membahas seputar Al-Qur’an; mulai dari segi diturunkannya Al-Qur’an, seperti makiyah, madaniyah, makna-makna yang berhubungan dengan hukum dan lain-lain. Adapun pokok pembahasan dalam ilmu tafsir ialah terkait firman Allah swt dari sudut pandang yang telah disebutkan di atas sekaligus menjadi penghubung agar bisa memahami makna-makna Al-Qur’an dan mengamalkan isinya merupakan faedahnya.
Ilmu tafsir akan menjadi sebuah pijakan yang sangat kokoh dan penyebab mendapat keberuntungan di dunia dan akhirat. Sebab, dalam ilmu tafsir langsung memahami ayat-ayat Allah SWT
Ilmu tafsir termasuk ilmu-ilmu diniyah bahkan pondasinya, karena bersumber dari Al-Qur’an dan dibutuhkan dalam sebuah persoalan setelah tertera di dalamnya. Juga termasuk ilmu yang paling mulia dan agung, karena penyabab ilmu menjadi mulia adalah pembahasannya yang mulia. Sedangkan dalam ilmu tafsir pembahasannya paling mulia dan paling agung.
Solusi agar mendapat keberuntungan yang abadi (tali yang kuat) adalah dengan memahami Al-Qur’an yang mengandung hukum-hukum syariat. Seseorang itu tidak akan mendapat hidayah kecuali dengan mendapat pertolongan dari-Nya.
Para sahabat yang fasih dan keadaan hati yang terang, yang berasal dari lentera kenabian, malah sering bertanya kepada Nabi SAW perihal sesuatu yang tidak bisa dijangkau akal dan dipahami oleh mereka. Sebagaimana yang dialami oleh sahabat ‘Adi bin Hatim ra. tentang pengetian ayat al-Abyad dan al-Aswad. Dan sudah tidak diragukan lagi kita membutuhkan apa-apa yang dibutuhkan oleh para sahabat bahkan lebih.
Selain itu, kita harus tahu devinisi Al-Qur’an itu sendiri, tidak enak rasanya membaca al-Qur’an tapi tidak tahu apa yang dibaca. Al-Qur’an secara bahasa berasal dari al-Qur’u atau al-jam’u (kumpulan). Sedangkan secara uruf adalah kalam yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang melemahkan (mu’jiz) dengan satu surah.
Kata “al-Kalam” adalah alam jenis yang mencakup semua kalam atau universal. Kata “yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW” merupakan pengecualian dari kalam yang diturunkan kepada selain Nabi Muhammad SAW, seperti kitab Taurat, Injil, kitab-kitab lain dan Mushaf-mushaf. Kata “mu’jiz” adalah pengecualian kedua dari hadis-hadis Rabbani, misalnya hadis dalam kitab as-Sohihain, “Aku sesuai persepsi hambaku”.
Dicukupkan sampai kata “i’jaz”, meskipun Al-Qur’an juga diturunkan selain melemahkan, karena memang dibutuhkan untuk membedakan dan ini lebih penting. Kata “dengan satu surah” artinya paling minimalnya i’jaz yang terjadi, yaitu sekadar surah yang paling ringkas seperti surah al-Kautsar.
I’jaz yang paling sedikit cuma dengan surah yang paling sedikit, sebab tidak satu pun ayat dalam yang Al-Qur’an yang terpisah-pisah, bahkan masih berkaitan dengan ayat sebelum dan setelahnya. Jadi, paling tidak tiga ayat. Sebagian ulama menambahkan “membacanya adalah ibadah” guna mengecualikan ayat mansukh (direvisi baik bacaan atau hukum).
Surah adalah suatu jumlah dalam Al-Qur’an, paling sedikitnya tiga ayat, yang diberi nama tertentu sesuai ketentuan dari Nabi Muhammad SAW dan masyhur dengan nama tersebut. Adapun pengertian ayat adalah suatu jumlah dalam surah yang dibedankan dengan adanya pemisah; kalimat penutup.
Penulis : Abdurrohman Wahid
Editor : Sunnatullah
Referensi: Zubdath al-Itqan fi Ulumil Al-Qur’an, cetakan Dar al-Kotob al-Ilmiyah halaman 6-8