1.Pendahuluan
Membahas tentang Madura maka tidak akan Lepas akan sebuah julukan sebuah pulau dengan yang kental akan tentang Agama Islamnya dimana tentang tradisi agama disana sangat begitu terkenal sampai ke plosok nusantara dimana kaidah kaidah Hukum islam juga masih kental disina beserta juga akhlak yang menjadi hal yang paling dijunjung tinggi di daerah Madura semua itu tidak lepas dari Tokoh-Tokoh Agama yang begitu kharismatik sejak era zaman Al-‘Alim al-‘Allamah asy-Syekh Haji Muhammad Kholil bin Abdul Lathif Basyaiban al-Bangkalani al-Maduri al-Jawi asy-Syafi’i (bahasa Arab: العالم العلامه الشيخ محمد خليل بن عبد اللطيف باشيبان البنكلانى المدورى الجاوى الشافعى) atau lebih dikenal dengan nama Syaikhona Kholil atau Syekh Kholil yang kelahirannya di lahir di Kemayoran, Bangkalan, Bangkalan, 1820 – meninggal di Martajasah, Bangkalan, Bangkalan, 1925 pada umur antara 104 – 105 tahun dan dilanjutkan lagi mengenai syiar islam oleh Muridnya yang Bernama Hadratusy Syekh Kiai Haji Hasyim Asy’ari.
Kiai Haji Hasyim Asy’ari merupakan pendiri Nahdlatul Ulama, organisasi massa Islam yang terbesar di Indonesia. Di kalangan Nahdliyin dan ulama pesantren ia dijuluki dengan sebutan Hadratus Syeikh yang berarti maha guru dan di Nobatkan juga sebagai pahlawan Nasional Indonesia dari situ bisa ditarik kesimpulan kenapa Agama islam sangat begitu kental di Pulau Madura meskipun dari sebelum nya pulau Madura sudah banyak yang memeluk Agama islam dari dakwah dan peran wali songo meng islamkan di seluruh pulau Jawa tetapi tidak di pungkiri juga dari dua tokoh tersebut Madura bisa di simboliskan sebagi pulau yang menganut islam secara kokoh.
Peran sentral dari penerus dari Murid syaikhona Kholil yaitu Kiai Haji Hasyim Asy’ari dalam membentuk nadhalatul Ulama sangat begitu memegang peran penting dalam mempersatukan umat islam ada di bawah naungan ormas Nadhalatul Ulama termasuk di Pulau Madura Nadhaltul ulama memeran peran penting untuk menjaga pondasi dasar Islam dipulau Madura supaya Tetap Menjaga ukhuwah persaudaraan islam sebagaimana Islam sebagai Agama yang begitu Rahamatan Lil Alamin maka dari itu dalam wacana Madura yang melakukan pengajuan untuk menjadi provinsi Maka Nadhaltul Ulama harus juga menjadi Pondasi dasar dari sebuah terbentuknya provinsi Madura sebagaimana kita tahu Nadhalatul Ulama berisikan Ulama Serta Tokoh Agama sentral Lainnya yang Menjadi sebuah panutan dan di hormati Rakyat Madura dalam Tanda kutip panutan tersebut memberikan sebuah contoh yang baik dan Mengarahkan masyarakat untuk menjadi masyarakat yang lebih madani berdasarkan kaidah pedoman islam sebagaiaman kita tahu politik dinasti dan Oligarki masih menjadi Menjadi sebuah Pekerjaan rumah yang diharus diselesaikan karena menimbulkan sebuah praktek KKN dan khlayak masyarakat Kecil masih menutup mata dan Telinga karna Faktor sebuah kekuasaan meskipun salah melakukan perbuatan melawan Hukum orang Madura tetap menghormati karna mereka tahu dialah orang yang mereka hormati yang Berasal dari kaum blater secara point nya Madura masih belum siap untuk menjadi sebuah provinsi Karena subtansinya dari masalah belum terselesaikan dan akan hanya menjadi keuntungan pribadi semata.
2.Pembahasan
Sejak keputusan Muktamar NU ke-27 di Situbondo, Jawa Timur tahun 1984, sikap NU dalam urusan politik tak lagi seperti sebelum-sebelumnya ketika NU masih sebagai partai politik yakni bergumul dalam politik kepartaian dan kekuasaan. Keputusan NU tidak lagi berpolitik praktis tentu bukan tanpa alasan. Setidaknya, keputusan tersebut diarahkan agar NU lebih berkonsentrasi pada urusan pemberdayaan umat dan kebangsaan tujuan tersebut untuk menjadi sebuah pengawas dalam berpolitik tetapi untuk tahun tahun saat ini NU diberikan panggung untuk berpolitik pada beberapa Nahdliyin yang memiliki ketokohan umat menjadi magnet di momentum-momentum pemilihan kepala daerah maupun gubernur dan secara tidak sadar Keberadaan NU dipandang penting perannya dalam memberdayakan kehidupan umat, terlebih lagi memperkuat NKRI jika kita bisa sejajarkan dengan peran NU dalam bernegara maka pastinya NU sangat dibutuhkan dalam wacana Madura sebagai provinsi Madura dalam perannya bisa juga sebagai pengarah untuk menempatkan sesuatu peran peran-sentral yang penting tanpa campur tangan atau embel embel sebuah kepentingan pribadi yang bisa memberikan sebuah dampak kerugian bagi masyarakat sipil selain dari ormas yang berangkat dari islam dan tentunya isinya adalah para Ulama tentunya bisa memberikan sebuah pencerahan dan pengarahan bagi wacana tersebut dan memberikan sebuah batasan diantara mana yang HAQ dan BATHIL Sikap NU Madura jika memegang teguh pondasi islam bisa memberikan sebuah peran peran yang begitu berguna diantaranya.
A. NU sebagai sami’na waatho’na
NU sebagai ormas islam harus memiliki integritas diri dalam memberi arahan sesuai ajaran islam karena karena NU yang berisikan sebuah Ulama yang Notabene adalah orang yang paling dihormati di sekitar wilayah Madura dengan berkonsepkan sami’na waatho’na para Ulama NU akan mudah untuk memberikan sebuah arahan dengan tanda kutip kebenaran yang hakiki harus dijunjung tinggi.
B.Menjadi Dasar dalam pembentukan sebuah pemimpin yang takut Sama ALLAH SWT
Dengan ikut nya peran Ulama NU dalam pembentukan provinsi Madura diharapkan mampu memberikan sebuah solusi dalam system politik kotor di daerah Madura yang bersistem kan dinasti dan Oligarki yang masih menjadi momok yang masih menakutkan yang masih belum tertuntaskan masih sekarang karena masyarakat Madura banyak berharap dari golongan yang menjadi kepercayaan mereka atau orang yang di hormati mereka dengan suatu harapan akan mampu memberikan sebuah rasa adil dan kesejehteraan bukan sebaliknya menjadikan sebuah ajang pemanfaatan dalam kepercayaan tersebut.
3.KESIMPULAN
Peran penting Nadhalatul ulama dalam wacana pembentukan provinsi Madura sangat diperlukan sebagai pondasi yang berprinsipkan Pada Islam juga sebagai pengarah dalam menjalankan konsep pemerintahan yang sesuai dengan ajaran islam dan bisa melahirkan sebuah kepemimpinan yang menjunjung tinggi kaidah islam yang Rahmatan Lil Alamin dengan harapan Ulama NU bisa ber integritas diri dan memegang teguh agama guna memberikan sebuah kehidupan yang lebih baik lagi bagi masyarakat Madura.dan tidak melupakan kaidah kaidah dasar islam yang begitu banyak bermanfaat yang telah di wariskan oleh pendiri NU yaitu Kiai Haji Hasyim Asy’ari.
Penulis : Sami’an, Universitas Muhammadiyah Surabaya