Dalam sebuah hadits, Nabi Saw bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : استوصوا بالنساء خيرا فإن المرأة خلقت من ضلع وإن أعوج ما في الضلع أعلاه فإن ذهبت تقيمه كسرته وإن تركته لم يزل أعوج فاستوصوا بالنساء. متفق عليه
Artinya, “Nasehatilah wanita dengan baik, karena ia diciptakan dari tulang rusuk. Sedangkan yang paling bengkok adalah bagian teratasnya. Apabila kalian mencoba meluruskannya, ia akan patah. Apabila dibiarkan, ia akan terus bengkok. Maka nasehatilah wanita!” (HR. Bukhori dan Muslim).
Mengenai maksud hadist tersebut, Imam Allan as-Siddiqi (w. 1057 H) mengutip dua pengertian. Pengertian pertama dikutip dari Imam at-Thoyyibi. Beliau berpendapat bahwa huruf sin dalam lafadz isytausu berfaidah tholab (tuntutan). Dari ini maka pengertian hadist tersebut adalah Kalian harus menasehati mereka (wanita) atau selain kalian yang memberi nasehat. Perngertian kedua dikutip dari satu pendapat bahwa maksud hadits Nabi tersebut adalah Terimalah wasiat dariku terkait hak wanita lalu amalkanlah. Berbelas kasihlah dan gauli mereka dengan baik.
Dari dua perbedaan pendapat ini, Imam al-Alqami lebih sepakat dengan pendapat kedua. Bahkan beliau mengatakan, pendapat kedua ini adalah pendapat yang lebih kuat. Lebih dari itu, beliau juga mengatakan bahwa pendapat ini tidak bertentangan dengan pendapatnya Imam at-Thoyyibi. Sekilas, perkataan Imam al-Alqami ini sedikit menimbulkan kontradiksi. Karena, antara pendapat pertama dan kedua jelas berbeda. Di awal, beliau lebih condong pada pendapat kedua, tapi yang membuat janggal adalah pernyataannya bahwa dua pendapat ini tidaklah bertentangan. Permasalahan ini terpecahkan ketika Imam Allan as-Siddiqi memberikan penjelasan bahwa subtansinya adalah tuntutan atau keharusan tentang menerima dan menjalankan wasiat nabi.
Dalam kitab al-Fath, kata “tulang rusuk” merupakan indikasi penciptaan Siti Hawa dari tulang rusuk bagian kiri Nabi Adam as. Dan, menurut satu pendapat lagi, dari tulang rusuk yang paling pendek. Katerangan ini diriwayatkan oleh Ibnu Ishaq dalam kitab al-Mubtada’ dari Ibnu Abbas ra. Ibnu Abi Hatim dan yang lain juga meriwayatkan keterangan ini dari Mujahid. Dalam penyamaan perempuan dengan tulang rusuk tidak ada silang pendapat. Bahkan, terdapat manfaat tak terkira yang bisa dipetik dalam penyamaan ini, yaitu kata ‘‘bengkok’’ yang dibuat perumpamaan memang asal mula dari terciptanya perempuan.
Masih terkait kata “bengkok”, Imam al-Qurtubi juga mengatakan bisa saja bermaknanya adalah Sesungguhnya, perempuan tercipta dari tulang rusuk yang paling bengkok, makanya ia persis seperti tulang rusuk.
Sementara Sabda Nabi yang berbunyi, “Dan yang paling bengkok adalah bagian teratasnya”, menurut satu pendapat, sabda ini mengindikasikan bahwa kebengkokan (kekurangan) seorang perempuan terletak pada lisannya. Oleh karena itu, kebengkokan para wanita sudah tidak perlu diperjelas serta tidak boleh ada tindak kekerasan. Sebagaimana tulang rusuk yang akan patah ketika dipaksa lurus. Sebab, pada dasarnya wanita terlahir dan memiliki kepribadian seperti itu (crewet).
Apabila seorang laki-laki bersikap kasar dan ingin menghilangkan kekurangan perempuan, hal yang semacam ini hanya menimbulkan konflik berkepanjangan yang akan berakhir dengan sebuah perpisahan. Untuk menjaga keharmonisan, maka harus bersikap sabar dan menerima perangai buruk, pola pikir mereka yang lemah serta menerima kekurangannya.
Selain harus menerima kekurangannya, juga harus sering menasehati mereka dengan cara baik-baik dan bersabar. Tidak boleh mematahkan bukan berarti harus dibiarkan bengkok. Karena, hanya dengan nasehat kebengkokan tersebut perlahan-lahan akan lurus dengan sendirinya tanpa adanya paksaan dan unsur kekerasan.
Terlepas dari pengertian hadits Nabi di atas, menurut Imam an-Nawawi hadits ini termasuk hadits ghorib sesuai pengecekan beliau dari para ulama fiqh atau sebagian ulama fiqh.
Wa Allahu A’lam. Semoga bermanfaat.
Referensi: Dalil al-Falihin, DKI hal 77 juz II.
Kontributor: Abdurrahman Wahid