Niat merupakan poin penting dalam melakukan sesuatu, bahkan dalam ranah peribadatan. Karna niat menjadi kunci utama keabsahan dalam melakukan suatu kegiatan ibadah. Tanpa adanya niat, kegiatan ibadah yang kita lakukan tidaklah sempurna, bahkan ada beberapa ibadah yang menjadikan niat debagai syarat sah ibadah tersebut, salah satunya adalah ibadah puasa yang wajib dilaksanakan oleh umat islam di bulan suci Ramadhan. Nah, di bulan suci Ramadhan ini, kita diharuskan membaca niat setiap malam. Sebagaimana disampaikan oleh Syaikh Ibrahim al-Baijuri:
ولا بد من النية لكل يوم لأن صوم كل يوم عبادة مستقلة لتخلل ما يناقض الصوم بين اليومين كالصلاتين يتخللهما السلام
Artinya: “Harus membaca niat setiap hari, karena puasa disetiap harinya merupakan ibadah tersendiri sebab diselingi waktu yang membatalkan puasa. Seperti dua sholat diselingi oleh salam.” (Hasyiah al-Baijuri, DKI juz 2 hal. 553)
Berdasarkan refrensi tersebut, orang yang ingin berpuasa di bulan Ramadhan diharuskan baginya untuk niat setiap hari. Apabila ada orang lupa membaca niat konsekuensinya adalah puasa yang dikerjakan orang tersebut tidak sah. Namun, wajib imsak serta mengqadha’nya. Imam Nawawi dalam kitab Majmuknya mengatakan:
إذَا نَسِيَ نِيَّةَ الصَّوْمِ فِي رَمَضَانَ حتى طلع الْفَجْرِ لَمْ يَصِحَّ صَوْمُهُ بِلَا خِلَافٍ عِنْدَنَا لِأَنَّ شَرْطَ النِّيَّةِ اللَّيْلُ وَيَلْزَمُهُ إمْسَاكُ النَّهَارِ وَيَجِبُ قَضَاؤُهُ لِأَنَّهُ لَمْ يَصُمْهُ
Artinya : “Ketika seseorang lupa berniat puasa Ramadhan hingga terbit fajar, maka puasanya tidak sah. Tidak ada khilafiyah menurut kami, karena niat itu disyaratkan di waktu malam. Dan ia wajib imsak (tidak makan dan minum) di siang hari serta wajib mengqadha’nya. Sebab, tidak berpuasa.” (Majmuk Syarh Muhaddzab, juz 6 hal. 299)
Meskipun wajib membaca niat setiap malam, di awal bulan tepatnya malam tanggal 1 kita disunnahkan berniat puasa sebulan penuh untuk mengantisipasi terlupanya membaca niat di suatu malam. Dengan syarat taklid kepada Imam Malik. Sehingga apabila kita lupa untuk berniat puasa pada suatu malam, tidak ada kewajiban qadha’ dan ibadah puasa kita tetap sah karna diarahkan pada hukum ber taklid pada Imam Malik. Syaikh Zainuddin bin Abdul Azil al-Malibariy mengatakan:
فلو نوى أول ليلة من رمضان صوم جميعه لم يكف لغير اليوم الأول. قال شيخنا : لكن ينبغي ذلك ليحصل له صوم اليوم الذي نسي النية فيه عند مالك، كما تسن له أول اليوم الذي نسيا فيه، ليحصل له صومه عند أبي حنيفة. وواضح أن محله إن قلد، وإلا كان متلبسا بعبادة فاسدة في اعتقاده.
Artinya: “Apabila seseorang di malam pertama bulan Ramadan niat puasa sebulan penuh, maka tidak mencukupi selain untuk hari pertama. Guru kita mengatakan: Akan tetapi hal itu disunnahkan supaya mengesahkan puasa di hari lupa membaca niat menurut Imam Malik. Sebagaimana disunnahkan niat di hari pertama saat lupa membacanya, agar puasa di hari tersebut sah menurut Imam Abu Hanifah. Keabsahan tersebut apabila taqlid. Jika tidak taqlid berarti telah melakukan ibadah yang rusak dalam keyakinannya.” (Fathul Muin, Makatabah as-Salam hal. 105)
Imam Nawawi al-Jawi dalam kitab Nihayathu az-Zainnya juga mengatakan:
وَيسن فِي أول الشَّهْر أَن يَنْوِي صَوْم جَمِيعه وَذَلِكَ يُغني عَن تجديدها فِي كل لَيْلَة عِنْد الإِمَام مَالك فَيسنّ ذَلِك عندنَا لِأَنَّهُ رُبمَا نسي التبييت فِي بعض اللَّيَالِي فيقلد الإِمَام مَالِكًا
Artinnya: “Disunnahkan di awal bulan niat puasa sebulan penuh. Hal itu, tidak perlu memperbaharui niat disetiap malam menurut Imam Malik. Menurut kami itu disunnahkan karena terkadang seseorang lupa tabyith (niat di malam hari) di sebagian malam. Lalu taqlid pada Imam Malik.” (Nihayathu az-Zain, DKI hal. 181)
Imam Syafi’i dan Imam Malik sepakat dalam masalah tabyitun niat sehingga tidak menutup kemungkinan kita lupa niat sebulan penuh. Faktornya pun beragam, bisa dikarenakan lupa karna belum terbiasa, ataupun lupa dikarenakan terlalu banyak aktifitas yang dilakukan. Maka dari itu kita bisa taqlid kepada Imam Abu Hanifah, yakni niat di siang hari sebelum zawal (matahari bergeser dari tengah-tengah langit). Syaikh Sa’id bin Muhammad Ba Ali Ba Isyn menjelaskan:
ويسن لمن لم يبيتها أن ينوي قبل الزوال، وقبل تعاطي مفطر ليصح له على مذهب أبي حنيفة لكن لا بد من تفليده
Artinya: “Disunnahkan bagi orang yang tidak membaca niat di malam hari, berniat (puasa) sebelum zawal dan sebelum melakukan hal-hal yang membatalkan puasa. Supaya puasanya menurut pendapatnya Imam Abu Hanifah. Akan tetapi harus taqlid kepada Imam Abu Hanifah.” (Busyra Karim, Dar al-Minhaj hal. 545)
Abdurrahman Wahid