Perhelatan Muktamar ke-34 di Lampung menjadi tarik ulur. Setelah Musyawarah Nasional (Munas) dan Konferensi Besar (Konbes) NU di Hotel Grand Sahid Jaya Jakarta memutuskan tanggal 23-25 Desember 2021 sebagai pelaksanaan Muktamar, kini keputusan itu ditunda disebabkan adanya beberapa halangan yang tidak bisa dilanjutkan.
Dalam menyikapi pelaksanaan Muktamar yang sampai saat ini belum dipastikan waktunya, setidaknya ada dua kelompok yang memiliki pandangan, (1) ada sebagian yang hendak memajukan Muktamar; dan (2) ada juga yang beropini harus diundur. Kedua pendapat di atas sama-sama memiliki alasan yang sangat kuat dan asumsi yang sama-sama bermartabat. Akan tetapi, kabar terbaru dari pelaksanaan Muktamar, bahwa Kiai Miftahul Akhyar selaku pejabat Rais ‘Aam mengeluarkan surat agar Muktamar digelar pada 17 Desember. Dan hari ini (Selasa 7 Desember) Kiai Miftah mengeluarkan surat resmi, versi Rais Aam, akan mengadakan Konbes di Hotel Bidakara Jakarta.
Akan tetapi, dari deretan isu yang berkembang, lalu muncul gugatan dari beberapa Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), bahwa perintah Muktamar 17 Desember digugat kepengadilan. Ini adalah kabar yang kurang enak untuk didengar oleh warga Nahdliyyin khususnya dan warga ormas lain umumnya.
Merespon kabar di atas, ketua Tanfidziyah Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Bangkalan, KH Makki Nasir menyerukan agar kita semua sudah saatnya intropeksi nasional. Pengurus NU dari Pusat sampai anak ranting sudah saatnya mengadakan muhasabah secara massal dengan cara bermunajat kepada Allah SWT,
“Ini adalah bentuk teguran kepada kita semua, bahwa dalam diri kita ada yang salah. Mending mengaku salah dari pada menganggap diri ini berada pada posisi yang benar. Oleh karena itu, kami mengajak kepada elemen PBNU, PWNU, PCNU, MWCNU, Ranting NU se-Indonesia untuk melakukan koreksi dalam menjalankan amanah Jamiyah Nadlatul Ulama,” Ujar Kiai yang merupakan cicit dari Syaikhona Muhammad Kholil Ini.
Lebih lanjut, beliau menyampaikan bahwa dalam perhelatan Muktamar ini bukan hanya memilih ketua ansich, tetapi bagaiman kita merawat Jamiyah ini sesuai dengan cita-cita para Muassis,
“Sudah saatnya ini di restart kembali, munajat kepada Ilahi Rabbi, adukan permaslahan ini kepada para Muassis. Karena kita saat ini lebih fokus keluar, jarang merangsek dan mendekat kepada para Muassis.” Tutur kiai yang dipercaya menjadi Ketua Korda NU Madura Raya ini.
Di akhir wawancara Al-Ummah Net, Kiai Makki menyampaikan bahwa Nahdlatul Ulama ini adalah jamiyah ulama yang harus mengedepankan etika. Karena di atas AD/ART ada etika,
“Musyawarah bersama dalam membangun organisasi, iya. Tapi tetap harus menjaga tradisi ulama. Karena NU adalah jamiyatul ulama yang selalu mengedepan Akhlakul Karimah”. Tuturnya sembari meneteskan air mata.
Kontributor: Ahrori Dlofir
Editor: Sunnatullah