• About
  • Privacy & Policy
  • Contact
  • Redaksi
Kamis, Mei 19, 2022
  • Login
al-Ummah
Advertisement
  • Warta
  • Keislaman
    • Tafsir al-Qur’an
    • Tasawuf
    • Fuqoha
    • Tarikh
  • Humor
  • Fikroh
  • Konsultasi
No Result
View All Result
  • Warta
  • Keislaman
    • Tafsir al-Qur’an
    • Tasawuf
    • Fuqoha
    • Tarikh
  • Humor
  • Fikroh
  • Konsultasi
No Result
View All Result
al-Ummah
No Result
View All Result

Hadits Maudhu (2), Sejarah Kemunculannya

Bushiri by Bushiri
Maret 9, 2022
in Keislaman, Tarikh
0
0
SHARES
13
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

Sudah maklum bahwa Hadits Maudhu adalah Hadits yang disandarkan kepada Rasulullah Saw secara dibuat-buat dan dusta, baik itu disengaja maupun tidak sengaja, padahal beliau tidak mengatakannya. Namun yang jadi pertanyaan adalah kapan Hadits Maudhu itu muncul?, Dan apa penyebabnya?

Dalam karyanya yang berjudul Al-Manhalul Lathif Ushulil Hadits As-Syarif, Sayyid Alawi Al-Maliki menceritakan kronologi munculnya hadits-hadits palsu:

ظهر الوضع في السنة 41 من الهجرة حين تفرق المسلمون سياسيا وافترقوا إلي شيعة وخوارج وجمهور، وظهرت البدع والأهواء، فكان أهل الأهواء يختلقون أحاديث بتأييد مذاهبهم وترويج ما يدعوا

Artinya, “Pemalsuan hadits tampak sejak tahun 41 H, ketika terjadi perpecahan kaum Muslimin menjadi beberapa golongan secara politik, yaitu Syiah, Khawarij, dan jumhur shingga muncul para ahli bidah dan orang yang mengikuti hawa nafsunya. Mereka membuat-buat beberapa hadits untuk mendukung golongan mereka serta untuk menyebarkan perbuatan bidah mereka”. ( Sayyid Muhammad ‘Alawi al-Malikiy, Al-Manhalul Lathif Ushulil Hadits As-Syarif,, Ash-Shofwah al-Malikiyah., hal 123)

Diakui atau tidak, ketiga golongan ini sebenarnya muncul atas dasar politik. Hal ini terbukti dari asal muasal berdirinya mereka, yakni peristiwa tahkim antara Muawiyah dan Ali yang merupakan proses perebutan hak-hak politik. Kemunculan tiga golongan inilah yang menjadi asal muasal munculnya hadits-hadits palsu yang digunakan untuk membela kepentingan-kepentingan mereka. Muncullah hadits-hadits palsu tentang kelebihan dan keutamaan khulafa’u rasyidin, kelebihan-kelebihan kelompok tertentu, kelebihan-kelebihan ketua-ketua partai, bahkan muncul pula hadits-hadits yang secara tegas mendukung aliran-aliran politik dan kelompok-kelompok agama tertentu.

Pendorong Seseorang Memalsukan Hadits

Sayyid ‘Alawi Al-Maliki juga menjelaskan beberapa faktor dibuatnya hadits-hadits palsu: pertama, mempertahankan kepentingan pribadi; kedua, mendekatkan diri kepada pejabat tertentu (orang-orang yang berkepentingan); ketiga, mencari rizki; keempat, membela pendapat tertentu walaupun salah; kelima, menarik simpati orang untuk mengerjakan perbuatan perbuatan baik, termasuk mengajarkan anak-anak tentang agama. ( Sayyid Muhammad ‘Alawi al-Malikiy, Al-Manhalul Lathif Ushulil Hadits As-Syarif,, Ash-Shofwah al-Malikiyah., hal 124)

Selain Sayyid ‘Alawi Al-Maliki, Mahmud Thahan dalam Taysiru Musthalahil Hadits, lebih menjelaskan secara detail lima hal yang mendorong orang untuk memalsukan hadits:

Pertama, untuk mendekatkan diri kepada Allah. Maksudnya, pemalsu hadits membuat hadits dan mengatasnamakan Rasulullah agar orang lain termotivasi untuk beribadah. Memang niatnya bagus, tetapi caranya tidak benar.

Salah satu pemalsu hadits yang melakukan cara ini adalah Maysarah bin Abdu Rabbihi. Ibnu Mahdi, sebagaimana diriwayatkan Ibnu Hibban, pernah bertanya kepada MaysarahArtinya, “’Dari mana kamu mendapatkan hadits ini, orang yang membaca ini mendapatkan ganjaran ini?’ Maysarah menjawab, ‘Saya memalsukannya supaya orangorang termotivasi. ’”

Kedua, untuk merusak Islam dari dalam. Sebagian musuh Islam membuat hadits palsu agar umat Islam terpecah belah dan salah memahami agamanya. Di antara orang yang pernah melakukan ini adalah Muhammad bin Sa’id As-Syami.

Ketiga, untuk mendekati penguasa. Sebagian pemalsu hadits membuat hadits palsu yang berkaitan dengan penguasa. Tujuannya untuk memuji dan mendekati penguasa. Misalnya, kisah Ghiyats bin Ibrahim An-Nakha’i yang memalsukan hadits supaya bisa dekat dengan Amirul Mukminin Al-Mahdi.

Keempat, untuk mencari rejeki. Biasanya hal ini dilakoni oleh orang-orang yang berprofesi sebagai pecerita atau pendongeng. Melalui cerita-cerita itu ia mendapatkan uang dari pendengarnya. Untuk menarik pendengar, sebagian mereka memalsukan hadits. Di antara yang melakukan ini adalah Abu Sa’id Al-Mada’ini. Kelima, untuk mencari popularitas. Supaya orang yang meriwayatkan hadits ini semakin populer dan dikenal banyak orang, mereka membuat hadits yang tidak pernah diriwayatkan oleh orang lain. Melalui hadits palsu itu mereka semakin dikenal karena tidak ada yang meriwayatkan selain dia. Di antara yang memalsukan hadits demi popularitas adalah Ibnu Abi Dahiyyah. (Mahmud Thahan, Taysiru Musthalahil Hadits, al-Haramain., hal 92-93)

Terkait

Tags: HaditsHadits MaudhuSejarah Hadits Maudhu
Previous Post

Membantah Argumen PA 212 Perihal Shalat di Tengah Jalan Dikatakan Lihurmatil Wakti

Next Post

Hadits Maudhu (3), Jenis-jenis Hadits Maudhu Dan Cara Mengetahuinya

Bushiri

Bushiri

Pemimpin redaksi al-ummah

PostinganTerkait

Hadits Maudhu (3), Jenis-jenis Hadits Maudhu Dan Cara Mengetahuinya
Keislaman

Hadits Maudhu (3), Jenis-jenis Hadits Maudhu Dan Cara Mengetahuinya

by Bushiri
Maret 12, 2022
0

Al-Imam Abi Amr ‘Ustman bin Abdurrohman atau yang dikenal dengan sebutan Ibnu Sholah dalam muqhadimah-nya menyebutkan orang yang membuat Hadits...

Hadits Maudhu (1), Definisi Dan Hukum Menyebarkannya
Keislaman

Hadits Maudhu (1), Definisi Dan Hukum Menyebarkannya

by Bushiri
Maret 3, 2022
0

Berdasarkan hadits ini, para ulama kemudian memahami bahwa meriwayatkan hadits maudhu hukumnya tidak boleh, begitu pula menyampaikan dan menyebarkan hadits...

Perempuan Tidak Boleh Keluar Rumah

Memahami Hadits ‘Perempuan Tercipta dari Tulang Rusuk Kaum Adam’

Januari 4, 2022
Next Post
Hadits Maudhu (3), Jenis-jenis Hadits Maudhu Dan Cara Mengetahuinya

Hadits Maudhu (3), Jenis-jenis Hadits Maudhu Dan Cara Mengetahuinya

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Follow Us

Bolehkah Qadha Puasa Ramadhan Sekaligus Niat Puasa Syawal

Bolehkah Qadha Puasa Ramadhan Sekaligus Niat Puasa Syawal

Mei 5, 2022
Haul Syakhona Kholil di Tarim-Yaman

Haul Syakhona Kholil di Tarim-Yaman

Mei 3, 2022
Hukum Menggabung Puasa Qadha’ Dan Puasa Sunnah Rajab

Berikut Empat Keutamaan Puasa Enam Hari di Bulan Syawal

Mei 4, 2022
Hukum Mengucapkan ‘Selamat Hari Raya Idul Fitri’

Hukum Mengucapkan ‘Selamat Hari Raya Idul Fitri’

Mei 1, 2022
al-Ummah

al-Ummah hadir sebagai salah satu situs Islam yang mewarnai dan meneduhkan polemik umat dengan tagline "Mencurahkan dan Mencerahkan".

Kategori Pilihan

  • Dakwah
  • Fikroh
  • Fuqoha
  • Humor
  • Keislaman
  • Review
  • Risalah
  • Tafsir al-Qur'an
  • Tarikh
  • Tasawuf
  • Warta

Temukan Kami di:

  • About
  • Privacy & Policy
  • Contact
  • Redaksi

© 2022 al-Ummah - All Rights Reserved.

No Result
View All Result
  • Warta
  • Keislaman
    • Tafsir al-Qur’an
    • Tasawuf
    • Fuqoha
    • Tarikh
  • Humor
  • Fikroh
  • Konsultasi

© 2022 al-Ummah - All Rights Reserved.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In