Senin 26 September 2022 Pondok Pesantren Syaichona Moh Cholil mengadakan Talk Shaw Kebangsaan dalam rangka Musyawarah Besar 2 (MUBES) Alumni dan Simpatisan Syaichona Cholil (ASSCHOL).
Talk Shaw yang mengusung tema “Melestarikan Warisan Syaichona Moh Cholil Bangkalan Untuk Peradaban Bangsa” ini mengundang 2 pemateri sekaligus yakni Dr. KH Ginanjar Sya’ban dan Gus Najih Ramadhan.
Dr. KH Ginanjar mungungkapkan bahwa tradisi Ulama Ahlu Sunnah Wal Jamaah itu tidak pernah punya sejarah pemberontakan. Bahkan ketika dulu salah satu khalifah yang mengatakan bahwa Al-Qur’an itu Makhluk, dan ulama ulama saat itu banyak di penjara, di siksa, bahkan imam Ahmad bin Hambal di cambuk cambuk sampai bajunya sobek-sobek sampai auratnya terbuka, itupun tidak ada ulama ulama yang menyerukan permberontakan terhadap pemerintah, ini adalah tradisi Ahlu Sunnah Wal Jamaah dan inilah yang seharusnya kita terapkan. Beliau juga mengatakan kalau kritik terhadal pemerintah di perbolehkan tapi jangan sampai mengkafir-kafirkan.
Dalam penjelasannya Dr KH Ginanjar Menegaskan bahwa Ahlu Sunnah Wal Jamaah itu bukan hanya sekedar Maulid Nabi, Tahlilan dan seterusnya, tapi juga fitrah dan akibat harakah siyasah. Orang melakukan tahlilan, Maulid nabi tapi mengajak untuk mendirikan Khilafah itu bukan Ahlu Sunnah Wal Jamaah
Gus Najih Mengatakan bahwa Radikalisme, Komunisme itu berbahaya karena seseorang yang menganut Radikalisme Komunisme itu sudah menganggap bahwa Tuhan itu tidak ada Jadi tidak perlu sholat dan selainnya.
“Jadi, jalan keluar agar kita tidak terkontaminasi oleh virus virus radikalisme komunisme dan yang lainnya itu hanya dengan kembali ke ulama-ulama panutan kita, ulama Ahlu Sunnah Wal Jamaah itu saja”. tutur Gus Najih.
KH Ginanjar juga berharap santri akan menjadi jembatan penghubung antata pihak Islamis dan Pihak Nasionalis, karena ada pihak-pihak Nasionalis menganggap bahwa Agama Islam itu tidak penting bahkan menjadi penghambat. Akibatnya, nanti moral di anggap tidak di perlukan, padahal Moral, Akhlak Etika adalah salah satu pondasi penting dalam keberlangsungan sejarah suatu bangsa dan negara, disinilah peran santri nantinya untuk mengkaji ulang bahwa nilai nilai kebangsaan dan keagamaan itu bukan untuk di pertentangkan, tetapi untuk di pertemukan dan saling menguatkan.
“Alumni Syaichona Cholil harus selalu berada di tengah, karena Syaichona Moh Cholil selalu menjadi penengah dan solusi dari semua masalah”. Ungkap Moderator RKH. Moh. Nasih Aschal sebelum menutup acara tersebut