• Tentang
  • Pedoman Media Siber
  • Kirim Artikel
  • Redaksi
Kamis, Agustus 18, 2022
  • Login
al-Ummah
Advertisement
  • Warta
  • Keislaman
    • Tafsir al-Qur’an
    • Tasawuf
    • Fuqoha
    • Tarikh
  • Humor
  • Fikroh
  • Konsultasi
  • Kirim Artikel
  • Tentang al-Ummah
No Result
View All Result
  • Warta
  • Keislaman
    • Tafsir al-Qur’an
    • Tasawuf
    • Fuqoha
    • Tarikh
  • Humor
  • Fikroh
  • Konsultasi
  • Kirim Artikel
  • Tentang al-Ummah
No Result
View All Result
al-Ummah
No Result
View All Result

Cerdas Cermat Amati Media

Umair by Umair
Februari 25, 2021
in Fikroh
0
People holding retro television next to each other

People holding retro television next to each other

0
SHARES
4
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

Para ahli menyebutnya dengan era post-truth. Kata ini diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia menjadi pasca-kebenaran. Tanpa sadar setiap masa mengalami era ini. Kata yang digunakan pertama kali oleh seorang jurnalis Serbia bernama Tesich pada tahun 1992 ini mendapat predikat sebagai kata paling populer di tahun 2016 oleh Oxford Dictionary.

Era post-truth adalah era di mana kebenaran direduksi menjadi menjadi kebohongan. Secara sederhana era post-truth adalah era di mana orang hanya percaya pada apa yang ingin dia dengar. Dia tidak percaya pada kebenaran faktual. Tapi dia hanya percaya pada apa yang ingin dia percaya. Entah benar atau tidak, yang penting berita itu bagus menurut dia, ya sudah, dia percaya berita itu dan menyebarkannya layaknya itu fakta realitas.

Era pasca-kebenaran atau post-truth ini sebenarnya hampir ada di tiap masa. Tak peduli itu masa Hammurabi di Babilonia atau masa Satria Piningit esok di Nusantara, post-truth dalam berbagai bentuknya akan terus muncul dan mendapat tempatnya.

Tak terkecuali di masa Dinasti Umayyah pada abad dua Hijriah. Sebagaimana sudah dicatat dalam kitab tarikh, Sahabat Ali RA mengalami kekalahan dalam perundingan dengan Sahabat Muawiyah bin Abi Sufyan. Akibatnya bisa diduga, kekuasaan Dinasti Umayyah mendelegitimasi supremasi keluarga Sahabat Ali. Keluarga Sahabat Ali ditolak di mana-mana. Di masa ini, post-truth sangat gencar dengan berbagai macam bentuknya. Sebuah narasi yang awalnya berbunyi “keluarga Ali diduga akan memberontak” diganti dengan “keluarga Ali memberontak” diganti lagi menjadi “keluarga pemberontak” dan akhirnya “keluarga pemberontak itu kafir”.

Maka Dinasti Umayyah membuat framing “Keluarga Ali si Pemberontak itu kafir”.   Dalam masa post-truth selalu didengungkan sebuah narasi yang diulang-ulang sehingga muncul framing. Maka sebab itulah fenomena ini disebut post-truth; karena orang percaya pada apa yang mereka ingin percaya, bukan pada fakta.

Propaganda Dinasti Umayyah ini masih terus berlanjut. Bahkan sebagaimana dicatat Ibn Atsir dalam Al-Kamil, persis seperti sekarang, forum khotbah Jumat pun digunakan oleh Dinasti Umayyah sebagai ajang mempropagandakan kekafiran Sahabat Ali radliyallahu ‘anhu. Namun tak lama datang masa pemimpin bijak bernama Khalifah Umar bin Abdil Aziz atau biasa disebut Umar II.

Ibn Atsir mencatat bahwa pada awalnya Khalifah Umar II terbawa arus dengan ikutan mencaci Sahabat Ali. Namun suatu ketika guru beliau yang bernama Ubaydillah mendengar hal ini. Khalifah Umar II dipanggil. “Bagaiamana bisa,” tanya Ubaydillah kepada Umar II, “Allah SWT murka kepada ahlul badri dan peserta Bai’at Ridlwan?”

“Entah,” Jawab Umar II.

“Lantas kenapa kau mencaci Sahabat Ali RA?” Desak Ubaydillah. Umar bin Abdul Aziz terdiam.

“Sejak saat itu,” Umar bin Abdul Aziz bercerita, “Aku tak pernah lagi menghujat dan mencaci Sahabat Ali.” Lalu setelah itu, masih diriwayatkan oleh Ibn Atsir, beliau memerintahkan seluruh wilayah Islam agar tidak lagi mencaci Sahabat Ali bin Abu Thalib, utamanya dalam khotbah Jumat. Dan beliau memerintahkan agar hujatan itu diganti dengan ayat keadilan: “innallaha ya’muru bil ‘adli wal ihsan .. dst.” Warisan dari Umar bin Abdul Aziz ini masih berlangsung sampai sekarang.

Maka di masa informasi yang sangat deras seperti sekarang, kita harus menyaring sesuatu benar atau tidak; baik atau tidak; bermanfaat atau tidak, sama seperti yang dilakukan oleh Khalifah Umar bin Abdul Aziz.

Apalagi media di masa kini penuh dengan narasi-narasi “yang mendahului kebenaran”. Maka sudah seyogyanya kita harus melakukan tatsabbut dan tabayyun (cek dan ricek) sebagaimana diajarkan oleh Alquran. Karena budaya cek dan ricek ini ajaran Islam, maka sudah menjadi kewajiban syariat bahwa kita tidak boleh sembarangan dalam mengendalikan jemari kita di layar smartphone. Dalam peribahasa Arab yang masyhur dikatakan, “Pena adalah mulut kedua.” Maka meskipun mulut kita tidak pernah berbohong dan tidak pernah mengadu domba, namun apabila jari jemari kita terus menerus membagikan berita-berita yang tidak diketahui kebenarannya atau bahkan sudah dipastikan kebohongannya, maka itu sama saja dengan buhtan dan namimah yang oleh Allah SWT diancam dengan neraka. Naudzubillah..

Penulis : Gus Kholili Kholil.
Sumber : Majalah Aschal Edisi 26.

Terkait

Tags: DinastiNabiPostTruthUmarUtsman
Previous Post

Sisi Lain Pesona Nabi Muhammad SAW

Next Post

Distribusi Bantuan Sosial Dalam Kegiatan Aksi Kemanusian Oleh PCNU Bangkalan

Umair

Umair

PostinganTerkait

Pembangunan Masjid Nabawi, Pilar Pertama Hijrahnya Nabi
Tarikh

Pembangunan Masjid Nabawi, Pilar Pertama Hijrahnya Nabi

by Sunnatullah
Februari 5, 2022
0

Di antara ujian berat yang Rasulullah hadapi dan para sahabatnya adalah peristiwa sebelum melakukah hijrah ke Madinah. Hijrah ini dilakukan...

Wahyu Pertama Yang Turun Pada Nabi Muhammad saw
Keislaman

Wahyu Pertama Yang Turun Pada Nabi Muhammad saw.

by Bushiri
Februari 5, 2022
0

Berbicara tentang ayat al-Qur’an yang pertama kali diturunkan tentunya kita semua pasti akan langsung ingat pada surah al-‘Alaq, ayat satu...

Potret Dakwah Rasulullah dan Prinsip Dakwah Islam Masa Kini

Potret Dakwah Rasulullah dan Prinsip Dakwah Islam Masa Kini

Februari 5, 2022
Sejarah Turunnya Ayat Anjuran Shalawat Di Bulan Sya’ban

Sejarah Turunnya Ayat Anjuran Shalawat Di Bulan Sya’ban

Februari 16, 2022
Isra’ Mi’raj diluar Nalar, Namun Benar

Isra’ Mi’raj diluar Nalar, Namun Benar

Februari 16, 2022
Sisi Lain Pesona Nabi Muhammad SAW

Sisi Lain Pesona Nabi Muhammad SAW

Februari 16, 2022
Next Post

Distribusi Bantuan Sosial Dalam Kegiatan Aksi Kemanusian Oleh PCNU Bangkalan

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Follow Us

Hukum Berjalan dan Duduk Di Atas Kuburan Saat Ziarah

Hukum Berjalan dan Duduk Di Atas Kuburan Saat Ziarah

Juni 30, 2022
Berikut Penjelasan Hukum, Kriteria Hewan, dan Waktu Pelaksanaan Kurban

Berikut Penjelasan Hukum, Kriteria Hewan, dan Waktu Pelaksanaan Kurban

Juni 27, 2022
Kisah Sufi: Menjadi Wali Karena Doa Seorang Pengemis

Kisah Sufi: Menjadi Wali Karena Doa Seorang Pengemis

Juni 23, 2022
Humor: Wanita Tidak Pernah Salah

Humor: Wanita Tidak Pernah Salah

Juni 26, 2022
al-Ummah

al-Ummah hadir sebagai salah satu situs Islam yang mewarnai dan meneduhkan polemik umat dengan tagline "Mencurahkan dan Mencerahkan".

Kategori Pilihan

  • Dakwah
  • Fikroh
  • Fuqoha
  • Humor
  • Keislaman
  • Review
  • Risalah
  • Tafsir al-Qur'an
  • Tarikh
  • Tasawuf
  • Warta

Temukan Kami di:

  • Tentang
  • Pedoman Media Siber
  • Kirim Artikel
  • Redaksi

© 2022 al-Ummah - All Rights Reserved.

No Result
View All Result
  • Warta
  • Keislaman
    • Tafsir al-Qur’an
    • Tasawuf
    • Fuqoha
    • Tarikh
  • Humor
  • Fikroh
  • Konsultasi
  • Kirim Artikel
  • Tentang al-Ummah

© 2022 al-Ummah - All Rights Reserved.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In