Bulan syawal termasuk diantara bulan yang disunnahkan untuk berpuasa. Puasa sunah Syawal sangat dianjurkan mengingat keutamaan yang terkandung di dalamnya sangat besar. Berpuasa sunnah selama enam hari di bulan Syawal seolah mendapatkan pahala puasa setahun penuh. Rasululluah Saw bersabda:
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ
Artinya, “Siapa saja berpuasa Ramadhan, kemudian dilanjutkan dengan enam hari dibulan Syawal, maka seperti pahala berpuasa setahun” (HR Muslim)
Namun yang menjadi persoalan adalah ketika ada seorang yang mempunyai hutang puasa Ramadhan. Apakah boleh digabung dengan niat puasa sunnah Syawal?, apakah dengan puasa qadha akan mendapatkan pahala puasa sunnanya juga?. Setidaknya ada tiga pendapat dalam madzhab syafi’i terkait masalah ini:
Pertama, Pendapat sejumlah ulama muta’akhirin
Sejumlah ulama muta’akhirin telah memberikan fatwa bahwa pahala puasa sunnah di hari-hari tertentu dapat diraih dengan menunaikan puasa qadha di hari tersebut. Fatwa ini sebagaimana ditulis oleh Sayyid Abu Bakr Syatha’ dalam kitab I’anah at-Thalibin:
baca juga: Adakah Sombong Yang Terpuji Dalam Kajian Tasawuf ?
حاصل الافتاء المذكور أنه إذا كان عليه صوم فرض قضاء أو نذر وأوقعه في هذه الايام المتأكد صومها: حصل له الفرض الذي عليه، وحصل له ثواب صوم الايام المسنون، وظاهر إطلاقه أنه لا فرق في حصول الثواب بين أن ينويه مع الفرض أو لا
Artinya, “Kesimpulan dari fatwa tersebut adalah jika seseorang memiliki tanggungan puasa qadha atau nadzar dan mengerjakannya di hari-hari yang dianjurkan untuk berpuasa, maka ia sudah dianggap menunaikan kewajiban sekaligus ia mendapatkan pahala puasa sunnah di hari tersebut. Dan secara dzahir, dari kemutlakan fatwa tersebut, menunjukkan tidak adanya perbedaan, dalam memperoleh pahala tersebut, antara menggabungkan niat sunnah dengan niat fardhu ataupun tidak menggabungkan,”. (Lihat Sayyid Abu Bakr Syatha’, I’anah at-Thalibin).
Puasa sunnah yang dimaksud dalam fatwa tersebut, sebagaimana dalam teks Fthul-Mu’in-nya, adalah puasa sunnah Arafah, ‘Asyura’, Tasu’a, dan enem hari dari bulan Syawal. Dari fatwa ini dapat disumpulkan, bahwa menunaikan puasa qadha di bulan Syawal secara otomatis akan mendapatkan pahala puasa sunnahnya juga meski tidak disertakan dalam niat.
Kedua, Pendapat Imam Ibnu Hajar
Ibnu Hajr sedikit berbeda dengan sejumlah ulama muta’akhirin di atas. Beliau sendiri berpendapat bahwa pahala puasa sunnah hanya bisa didapat kalau disertakan dalam niat. Jika tidak, dengan artian hanya niat puasa qadha, maka tidak akan mendapatkan pahala puasa sunnah, hanya saja anjuran puasa-nya sudah gugur. Pendapat belaiu ini dikuti oleh muridnya, Syekh Zainuddin al-Malibari, dalam kitab Fathul-Mu’in:
قال شيخنا – كشيخه – والذي يتجه أن القصد وجود صوم فيها، فهي كالتحية، فإن نوى التطوع أيضا، حصلا، وإلا سقط عنه الطلب.
Artinya, “Gurukami (Ibnu Hajar), seperti gurunya juga, berkata: ‘Dan pendapat yang dinilai kuat bahwa yang terpenting adalah berpuasa di hari tersebut, maka seperti shalat tahiyat, jika menyertakan niat puasa sunnah, maka keduanya akan didapat. Jika tidak, maka anjurannya sudah gugur’”. (Syekh Zainuddin al-Malibari, Fathul-Mu’in).
baca juga: Hukum Berpuasa Pada Bulan Rajab
Ketiga, Pendapat Imam al-Isnawi
Dalam masalah ini, Imam al-Isnawi perpendapat bahwa menggabungkan niat puasa qadha dengan puasa sunnah hukumnya tidak sah. Pendapat beliau ini dikutip oleh Ibnu Hajar dalam kita Fathul-Jawwad:
وقال الإسنوي: القياس أنه إن لم ينو التطوع حصل له الفرض، وإن نواهما لم يحصل له شيء منهما
Artinya, “Imam al-Isnawi berkata: ‘Secara qiyas, jika tidak menyertakan niat puasa sunnah, maka puasa fardhu-nya akan didapat. Dan jika niat keduanya (puasa sunnah dan fardhu) maka tidak ada satupun yang didapat dari keduanya’”. (Lihat Ibnu Hajr, Fathul-Jawad).
Imam al-Isnawi menyamakan puasa sunnah dengan shalat sunnah rawatib. Sehingga tidak sah bila digabung dengan niat puasa fardhu. Sebab masing-masing dari keduanya memiliki maksud tersendiri.
Demikian sedikit ulasan tentang menggabungkan niat puasa sunnah Syawal dan puasa qadha. Namun yang terbaik adalah mengqadha hutang puasa terlebih dahulu. Setelah itu baru menunaikan puasa sunnah Syawal.