Kita sering menemukan keutamaan tafakur dalam Al-Qur’an maupun hadits. Diantaranya adalah dalam surat Ali Imran ayat 191 dijelaskan keutamaan orang yang berzikir dan bertafakur dalam situasi apa pun, baik dalam duduk, berdiri, maupun berbaring.
الَّذِيْنَ يَذْكُرُوْنَ اللّٰهَ قِيَامًا وَّقُعُوْدًا وَّعَلٰى جُنُوْبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُوْنَ فِيْ خَلْقِ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِۚ
Artinya, “Mereka adalah orang-orang yang berzikir kepada Allah dalam keadaan berdiri, duduk atau dalam keadaan berbaring, dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi.” (QS. Ali ‘Imron: Ayat 191).
Buah yang dihasilkan dari tafakur adalah suatu pengetahuan yang tidak didapatkan dari selain tafakur. Dimana pengetahuan tersebut akan merubah keadaan hati seseorang. Ketika keadaan hati sudah berubah, maka amal perbuatan-pun akan berubah.
Syekh M Nawawi al-Bantani dalam kitab Kasyifatu as-Saja mengutip pendapat jamhurul-ulama bahwa ada lima jenis tafakur yang bisa dilakukan oleh seorang hamba.
قال جمهور العلماء التفكر على خمسة أوجه
Artinya, “Mayoritas ulama menyebut lima jenis tafakur,” (Lihat Syekh Nawawi Banten, Kasyifatus Saja, [Indonesia, Daru Ihyail Kutubil Arabiyyah], halaman 6).
Adapun lima jenis tafakur yang dikutip oleh Syekh M Nawawi Banten dari mayoritas ulama adalah sebagai berikut:
Pertama, tafakur atau merenungi ayat-ayat Allah. Dalam tafakur ini, seseorang
harus bertawajuh dan meyakini ayat-ayat Allah tersebut.
Kedua, tafakur atau merenungi nikmat-nikmat Allah. Tafakur semacam ini dapat
melahirkan mahabbah atau rasa cinta diri seorang hamba kepada Allah.
Ketiga, tafakur dalam rangka merenungi janji-janji Allah. Tafakur ini dapat menyalakan semangat beramal saleh di hati seseorang.
Keempat, tafakur atau merenungi peringatan Allah. Tafakur ini dapat
menumbuhkan rasa takut di hati seseorang akan siksaan Allah.
Kelima, tafakur atau merenungi kelalaian diri dalam menjalankan perintah Allah. Tipe tafakur kelima ini dapat menumbuhkan rasa malu di hati seorang hamba.
Mengenai tipe tafakur yang kelima, Syekh Nawawi al-Bantani mengutip satu Kalam hikmah Syekh Ibnu Athaillah dalam Al-Hikam-nya ketika seseorang tidak lagi merasa malu atas kelalaiannya dalam menjalankan perintah Allah.
من علامات موت القلب عدم الحزن على ما فاتك من الموافقات وترك الندم على ما فعلته من وجود الزلات
Artinya, “Salah satu tanda kematian batin adalah ketiadaan rasa sedih pada dirimu atas
perbuatan taat yang luput dan ketiadaan rasa sesal atas kesalahan yang kaulakukan.”
Syekh Nawawi al-Bantani juga menyebutkan:
الحزن على فقدان الطاعة مع عدم النهوض إليها من علامات الاغترار
Artinya, “Rasa sedih karena tidak mematuhi perintah Allah tanpa disertai semangat untuk melakukannya adalah satu
ciri keterpedayaan.”
Demikian lima jenis tafakur yang dilepaskan oleh para ulama yang dinuqil oleh Syekh Nawawi al-Bantani dalam kitab Kasyifatu as-Saja.
Wallahu a‘lam.