Setalah menunaikan ibadah puasa Ramadhan, ummat islam dianjurkan untuk melanjutkan berpuasa sunnah di bulan Syawal. Hal ini sebagaimana tercermin dalam sabda Nabi Berikut:
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ
Artinya, “Siapa saja berpuasa Ramadhan, kemudian dilanjutkan dengan enam hari dibulan Syawal, maka seperti pahala berpuasa setahun” (HR Muslim)
Puasa enam hari di bulan Syawal termasuk diantara puasa sunnah yang sangat dianjur bagi ummat islam. Bagaimana tidak?, puasa sunnah ini memiliki keutamaan yang sangat luar biasa. Ibnu Rajab al-Hambali, seorang ulama sunni bermadzhab Hanafi, menulis hikmah puasa di bulan Syawal dalam kitabnya, Lathaiful-Ma’arif. Diantara hikamah tersebut adalah sebagai berikut:
Pertama, Menjadi penyempurna pahala puasa satu tahun.
Berpuasa di bulan Ramadhan, pahalanya seperti berpuasa selama sepuluh bulan. Hal ini dikarenakan satu pahala puasa akan dilipat gandakan menjadi sepuluh. Maka, untuk menyempurnakan pahala puasa satu tahun adalah dengan puasa enam hari di bulan Syawal yang pahalanya sama seperti berpuasa selama dua bulan. Sepuluh bulan ditambah dua pulan menjadi dua belas bulan atau satu tahun.
Kedua, Menjadi penyempurna kekurangan puasa Ramadhan
Puasa sunnah bulan Syawal dan sya’ban tak ubanya seperti shalat sunnah rawatib sebelum dan sesudah shalat fardu. Fungsinya pun sama, yakni menembel kekurangan pada puasa fardu di bulan Ramadhan. Ibnu Rajab mengatakan:
و أكثر الناس في صيامه للفرض نقص و خلل فيحتاج إلى ما يجبره و يكمله من الأعمال
Artinya, “Kebanyakan orang memiliki kekurangan dan kecacatan pada puasa fardunya, maka butuh amal perbuatan yang bisa menembel dan menyempurnakan kekurangan tersebut”.
Ketiga, Berpuuasa enam hari di bulan syawal menjadi bukti diterimanya puasa Ramadhan
Allah Swt, jika menerima amal perbuatan seorang hamba, maka ia akan dipermudah melakukan perbuatan baik setelahnya. Bahkan sebagian ulama mengatakan,
ثواب الحسنة الحسنة بعدها
Artinya, “Pahala suatu perbuatan baik adalah perbuatan baik setelahnya”.
Melakukan suatu amal kebaikan lalu dilanjutkan dengan kebaikan lain setelahnya merupakan bukti diterimanya amal kebaikan yang pertama. Namun, jika melakukan suatu amal kebaikan tapi dilanjutkan dengan amal keburukan, maka hal itu pertanda kalau amal kebaikannya ditolak oleh Allah Swt.
Keempat, Puasa sunnah di bulan Syawal sebagai rasa Syukur kepada Allah Swt.
Diantara balasan puasa Ramadhan adalah diampuninya dosa-dosa yang telah lewat. Sebagaimana yang disebutkan dalam hadits Rasulullah Saw yang diriwayatkan oleh Sahabat Abu Hurairah ra:
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيْمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ [وفي رواية]: مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيْمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
Karena itu, sepantasnya seorang hamba mensyukuri nikmat ampunan tersbut dengan puasa di bulan Syawal.
Selain itu, puasa bulan Syawal merupakan bentuk sara Syukur karena sudah diberi pertolongan mampu berpuasa selama bulan Ramadhan. Melakukan suatu amal ibadah sebagai bentuk rasa syukur atas ibadah yang sudah dilakukan merupakan teradisi ulama salaf. Sebagai mana yang dikisahkan Ibnu Rajab, setelah semalanan melakukan ibadah, pada siang harinya para ulama salaf biasanya langsung berpuasa sebagai bentuk rasa syukur mereka karena sudah diberi pertolongan melakukan ibadah semalaman.
Demikian empat hikmah puasa enam hari di bulan Syawal yang disebutkan oleh Ibnu Rajab al-Hambali dalam kitabnya, Lathaiful-Ma’arif. Semoga dengan mengetahui hikmah ini, kita bisa lebih semangat dalam menjalankan ibadah puasa sunnah bulan Syawal.