Selain memperbanyak ibadah, sebagian dari kita mungkin memiliki kegiatan yang cukup padat. Sehingga membutuhkan tenaga lebih. Hal ini, tentunya bisa membuat energi dan stamina dalam tubuh semakin berkurang, dan puasa juga dapat mengurangi penglihatan mata. Untuk memulihkannya kembali kita dianjurkan berbuka dengan yang manis-manis. Karena, sesuatu yang manis bisa menggantikan ion yang hilang. Rasulullah ﷺ pun ketika berpuasa memilih berbuka puasa lebih dulu. Baru kemudian melaksanakan sholat. Menu buka puasa beliau adalah kurma atau air. Sebagaimana disampaikan oleh Imam Taqiyuddin Abu Bakar bin Muhammad al-Husaini. Beliau mengutip riwayat dari Ibnu Hibban.
وقد روى ابن حبان بإسناد صحيح أنه عليه الصلاة والسلام كان إذا كان صائما لم يصل حتى يؤتى برطب أو ماء فيأكل أو يشرب وإذا كان في الشتاء لم يصل حتى نأتيه بتمر أو ماء. ويستحب أن يفطر على تمر، وإلا فلى ماء للحديث، ولأن الحلو يقوي والماء يطهر، وقال الروياني إن لم يجد التمر فعلى حلو، ولأن الصوم ينقص البصر والتمر يرده فالحلو في معناه.
Artinya : “Ibnu Hibban meriwayatkan dengan sanad sahih bahwasannya Rasulullah ﷺ ketika berpuasa, beliau tidak melaksanakan sholat hingga diantarkan kepada beliau kurma basah atau air. Lalu beliau memakannya atau meminumnya. Ketika Nabi ﷺ dimusim dingin beliau tidak sholat hingga kami menghaturkan kurma atau air. Disunnahkan berbuka dengan kurma. Jika tidak ada maka dengan air karena hadits (di atas). Karena sesuatu yang manis itu bisa menguatkan dan air dapat menyucikan. Imam ar-Ruyani berkata: jika tidak ada kurma, maka berbuka dengan manisan. Karena, puasa itu mengurangi penglihatan. Sedangkan kurma dapat memulihkannya. Adapun manisan searti dengan kurma.” (Kifayatu al-Akhyar juz 1 hal. 207-208)
Mengenai kurma yang bisa mengembalikan penglihatan mata ini, Syaikh Sulaiman bin Muhammad al-Bujairami juga mengutip perkataan yang Ibnu Hajar yang mengatakan:
وقول الأطباء يضعف البصر محمول على كثيره دون قليله فإنه يقويه اه ابن حجر
Artinya : “Perkataan para tabib, kurma dapat memulihkan penglihatan diarahkan pada mayoritas orang bukan minoritas. Karena kurma dapat menguatkan penglihatan.” (Hasyiah Bujairami ala Khotib juz 3 hal. 117)
Menurut Syaikh Zainuddin bin Abdul Aziz al-Malibari, yang paling sempurna adalah berbuka dengan tiga buah kurma.
والأكمل أن يكون بثلاث (ف) إن لم يجده فعلى حسوات (ماء) ولو من زمزم.
Artinya : “Yang paling sempurna adalah dengan tiga kurma. Jika tidak ada, maka dengan beberapa tegukan air, meskipun air zam zam.” (Fathul Muin hal. 58)
Dalam kitab Bughyatu al-Musytarsyidin menu buka puasa yang harus kita dahulukan adalah kurma, lalu air dan hal-hal yang manis yang tidak dimasak. Terakhir perkara manis yang dimasak.
يسن لمن لم يفطر على تمر أن يفطر على الماء وكونه ماء زمزم أولى وبعده الحلو وهو مالم تمسه النار كالزبيب والعسل واللبن وهو أفضل من العسل واللحم أفضل منهما ثم الحلوى المعمولة بالنار.
Artinya : “Disunnahkan bagi orang yang tidak berbuka dengan kurma, berbuka dengan air. Adapun dengan air zam zam lebih utama. Lalu manisan yang tidak tersentuh api (tidak dimasak), seperti anggur, madu dan susu. Susu lebih utama daripada madu. Daging lebih utama daripada susu dan madu. Kemudian manisan yang dimasak dengan api.” (Bughyatu al-Mustarsyidin hal. 113)